Kamis, 27 Desember 2007

PERZINAHAN ALA GEREJA





Pada 27 Februari 2004, The Associated Press wire menyiarkan satu
tulisan berjudul Two Studies Cite Child Sex Abuse by 4 Percent of
Priests, oleh Laurie Goodstein, yang menyebutkan, bahwa pelecehan
seksual terhadap anak-anak dilakukan oleh 4 persen pastur Gereja
Katolik. Setelah tahun 1970, 1 dari 10 pastur akhirnya tertuduh
melakukan pelecehan seksual itu. Dari tahun 1950 sampai 2002,
sebanyak 10.667 anak-anak dilaporkan menjadi korban pelecehan seksual
oleh 4392 pastur. Studi ini dilakukan oleh The American Catholic
Bishops tahun 2002 sebagai respon terhadap tuduhan adanya
penyembunyian kasus-kasus pelecehan seksual yang dilakukan para tokoh
Gereja.

A.W. Richard Sipe, seorang pendeta Katolik Roma, menulis buku
berjudul "Sex, Priests, and Power: Anatomy of A Crisis" (1995). Buku
ini menceritakan perilaku seksual di kalangan para pendeta dan
pastor. Sebagai gambaran, pada 17 November 1992, TV Belanda
menayangkan program 17 menit tentang pelecehan seksual oleh pemuka
agama Kristen di AS. Esoknya, hanya dalam satu hari, 300 orang
menelepon stasiun TV, dan menyatakan, bahwa mereka juga mengalami
pelecehan seksual oleh para pendeta di Belanda.

Tahun 2002, The Boston Globe, juga menerbitkan sebuah buku
berjudul "Betrayal: The Crisis in the Catholic Church", yang
membongkar habis-habisan pengkhianatan dan skandal sex para pemuka
agama Katolik. Pembongkaran skandal-skandal sex ini telah memunculkan
krisis paling serius dalam Gereja Katolik. Pelecehan seksual -
khususnya terhadap anak-anak - memang sangat serius. Sebagai contoh,
tahun 1992, di Tenggara Massacusetts, ditemukan seorang pastor saja -
bernama James R. Porter- melakukan pelecehan seksual terhadap lebih
dari 100 anak-anak (pedofilia).


Pertanyaannya mengapa hal ini bisa terjadi ?

Surat Kabar Italia La Republica yang terbit di Vatikan pada hari
rabu, 21-3 -2001 mengabarkan tentang banyaknya kasus pelecehan
seksual dan pemerkosaan biarawati yang dilakukan oleh pastur dan
uskup di gereja Katolik, lalu mereka memaksa para biarawati itu agar
menggugurkan kandungannya untuk mencegah terbongkarnya skandal. Dalam
berita itu, terbongkarlah rahasia yang menyatakan bahwa para uskup
dan pendeta menggunakan otoritas agama mereka di beberapa negara,
untuk melakukan hubungan seks dengan biarawati secara paksa. Hal ini
terbukti dengan laporan tentang banyaknya terjadi pelecehan seksual
di 23 negara, diantaranya: Amerika Serikat, Brazil, Philipina, India,
Irlandia, dan Italia, bahkan di dalam gereja Katolik (Vatikan) itu
sendiri, juga di beberapa negara Afrika lainnya.

Berita tersebut mengatakan: Bahwa salah seorang kapala biarawati di
sebuah gereja - yang sengaja tidak disebutkan namanya - menyatakan,
bahwa para pendeta di gereja tempatnya bekerja telah melakukan
pelecehan seksual terhadap 29 biarawati yang ada dalam keuskupannya.
Ketika salah seorang biarawati melaporkan permasalahan ini kepada
uskup agung, maka dia pun dipecat dari pekerjaannya.

Di gereja lainnya - menurut laporan - para pendeta yang berada di
sana minta disediakan biarawati untuk memenuhi nafsu seks mereka.
Dalam berita itu dinyatakan, bahwa setelah kejadian tersebut
terungkap, maka pihak gereja mengirim para uskup yang terlibat ke
luar negeri untuk melanjutkan studi atau mengutus mereka ke gereja
lain sampai batas waktu tertentu. Adapun para biarawati - yang takut
pulang ke rumahnya - dipaksa untuk meninggalkan gereja, sehingga
banyak dari mereka beralih profesi menjadi wanita tuna susila. Juga
dinyatakan, bahwa telah ditemukan beberapa bulan yang lalu tentang
adanya jaringan para uskup dan agamawan di Vatikan - dengan berbagai
macam tingkatannya - yang melakukan perilaku seks menyimpang
(homoseks) dan pecandu narkoba.

Uskup New York dan Boston yang memiliki kedudukan terbesar di gereja
Amerika mendapat tekanan kuat untuk mengundurkan diri dari jabatan
mereka, setelah tersebar kabar bahwa mereka berdualah yang berada di
balik skandal seks yang dilakukan oleh sebagian pendeta. Uskup
Milouki dituduh telah menyembunyikan informasi tentang skandal seks
serupa. Kepala uskup Boston Kardinal Bernard Lu yang berumur 70 tahun
juga dituduh telah mengetahui adanya beberapa uskup di keuskupannya
yang melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak di bawah umur
secara terus menerus, namun uskup tersebut tidak memberikan sanksi
kepada mereka, malah dia hanya memindahkankannya ke keuskupan
lainnya, dimana para pendeta tersebut bisa mencari korban-korban baru
lainnya. Selain itu, terdapat juga skandal serupa di daerah St.
Louis, Florida, California, Philadelphia, dan Detroit.

Sekitar 3000 pendeta menghadapi tuduhan pelecehan seksual terhadap
anak-anak di bawah umur. Kardinal pun mendapat protes keras karena
tidak memberikan sanksi di Boston kepada mantan pendeta John Geogon
yang diyakini telah melakukan pelecehan seks terhadap 100 orang
selama 20 tahun, malah dia hanya dipindahkan ke keuskupan lain.
Skandal gereja tersebut menghabiskan biaya yang sangat besar mencapai
milyar dolar untuk berdamai di luar pengadilan di beberapa kasus.
Juga dinyatakan bahwa beberapa keuskupan bangkrut disebabkan oleh
skandal seks tersebut.



Itulah tingkah laku dan ajaran umat kristiani yang senantiasa selalu
praktek dengan teori sesuai teorinye berzinahlah kamu maka prakteknye
silahkan berzina :))

Buat sato PIG, Dll kalian dan semua celoteh kalian sesungguhnya
merupakan manifestasi dari sebuah ajaran yang BEJAT !



0 komentar: